Setelahmengundurkan diri dari pesantren itu, Arifin pun masuk ke Pesantren Assyafi’iyah di daerah Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. “Saya merasakan banyak ketidakadilan yang terjadi di Darunnajah, sehingga tidak nyaman lagi untuk meneruskan sekolah di sini,” tuturnya pendek. SyekhHaji Abdul Hamid Lubis Hutapungkut (lahir di Huta Pungkut, Mandailing Natal, Sumatra Utara, 1865 – meninggal di Huta Pungkut, 21 Mei 1928) adalah satu dari Ulama Nusantara. Namanya sering dinisbatkan dengan tempat kelahiran seorang Pahlawan Nasional Indonesia, Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution, yakni Huta Pungkut, desa UstadzIlham pun mengutip ucapan Buya Hamka, “ketahuilah harta yang dimakan itu akan menjadi kotoran, harta yang disimpan akan menjadi rebutan, namun harta yang disedekahkan, diberikan Al-Qur’an, dibelikan Al-Qur’an, diwakafkan atau diberikan kepada umat muslim yang lain maka itulah yang akan menjadi penyelamat bagi kita nanti diakhirat". achmadmuazim, nim.10540010 (2016) fungsionalisasi pondok pesantren di era modern (studi kasus pondok pesantren tremas, desa tremas , kecamatan arjosari kabupaten pacitan jawa timur). skripsi thesis, uin sunan kalijaga yogyakarta. ananto, nim 12240110 (2016) pengaruh lingkungan kerja dan karakteristik individu terhadap kinerja karyawan di cv B BUYA HAMKA 1. Riwayat hidup Buya Hamka Buya Hamka lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 16 Februari 1908. Haji Abdul Karim Amarullah (Hamka) pernah menjadi pemimpin pertama MUI (Majelis Ulama Indonesia). Semenjak muda beliau banyak aktif di organisasi Muhammadiyah, dan merupakan tokoh yang berpengaruh di organisasi Qhob. Pesantren terbaik di Agam Agam merupakan kabupaten di Sumatera Barat. Wilayah ini dikenal memiliki alam yang cukup indah, karena berada di tepi lautan, sekaligus di kaki Gunung Singgalang, ketinggian gunung ini lumayan, sekitar meter. Sehingga cuacanya cukup nyaman. Oleh sebab itu di wilayah ini cukup banyak tersedia pesantren. Warnanya bermacam-macam, dari tradisional seperti yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah, pesantren modern, juga banyak tersedia pesantren tahfidz Quran. Informasi kami himpun berdasarkan pertimbangan internal, rating Google, dan beragam pertimbangan lainnya dengan tujuan untuk mempermudah para pencari informasi pesantren di kabupaten Agam. Nomor bukanlah urutan. Pesantren Ashabul YaminPesantren Nurul Ihsan Ampek AngkekPesantren Limo JuraiPesantren Buya Hamka ManinjauPesantren Thawalib Parabek Pesantren Modern Diniya PasiaPesantren Tahfidz Quran Muallimin MuhammadiyahPesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah CanduangPesantren Terbaik di Agam Pesantren Ashabul Yamin Pesantren terbaik di Agam yang pertama kali kami ulas adalah Pesantren Ashabul Yamin. Pesantren ini beralamat di Lasi Tuo, kecamatan Canduang. Pesantren ini memiliki kelebihan suasananya cukup nyaman dan bersahabat. Santrinya saat ini sekitar 200-an. Adapun dari segi pendidikan, pesantren ini fokusnya pada salafiyah. Yaitu pendidikan yang fokus pada kajian-kajian kitab kuning seperti jurumiyah, taqrib, fathul qarib, dan lain sebagainya. Kelebihannya model pendidikan yang demikian adalah kedalaman pemahaman akan pengetahuan Islam. Terutama fasih dalam membaca kitab kuning. Sedangkan di pesantren ini pendidikan formalnya terdiri dari madrasah tsanawiyah dan aliyah. Sehingga meskipun Anda mendalami keislaman, namun pendidikan formal di pesantren ini tidak akan tertinggal. Beberapa prestasi yang dimiliki pesantren ini di antaranya adalah di tahun 2008 meraih juara umum lomba qira’atil kitab tingkat kabupaten Agam. Hal ini membuktikan kemampuan santri Ashabul Yamin dalam mendalami kitab kuning. Untuk biaya masuknya sekitar 4 jutaan. Adapun biaya bulanannya sebesar sekitar 200 ribuan. Informasi lengkap bisa kunjungi websitenya di sini. Pesantren Nurul Ihsan Ampek Angkek Pesantren terbaik di Agam selanjutnya dalah pesantren nurul Ihsan yang beralamat di Lurah Panampung Kecamatan Ampek Angkek. Pesantren ini lebih condong bernuansa modern. Bahkan tertulis di website resminya sebagai Islamic Boarding School. Fasilitasnya cukup, seperti ranjang untuk santrinya. Ruang makan. Antara putra putri juga terpisah. Sehingga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Gedungnya representatif. Pesantren ini memiliki variasi pendidikan yang cukup banyak, ada tahfidz Quran, kajian kitab kuning, bahasa arab dan inggris, pendidikan formal dan lain sebagainya. Namun tidak memiliki fokus identitas khusus pendalaman dalam bidang tertentu. Untuk biaya masuk hanya sekitar Rp2-3 jutaan. Untuk pendaftaran bisa datang langsung atau menghubungi terlebih dahulu nomor ini, TLP 0752 28242. Websitenya di sini. Pesantren Limo Jurai Satu lagi pesantren terbaik di Agam adalah Limo Jurai. Pesantren ini memiliki alamat lengkap di Jln. Raya Sungai Pua No. 51 Tangah Koto Nagari Sungai Pua, Kec. Sungai Pua. Pesantren ini jika dilihat dari gedungnya cukup bagus sekali. Pesantren ini memiliki jenjang pendidikan formal Tsanawiyah tiga tahun, sedangkan pendidikan formal aliyah 4 tahun. Tentu sudah dengan pendidikan pesantren. Menurut kami identitas kuat dari pesantren ini ada dua, yaitu tahfidz Quran dengan target satu tahun dua juz. Dengan kemampuan bahasa arab aktif dan pasif. Buktinya pesantren ini beberapa kali mendapatkan juara tingkat Agam, bahkan tingkat Sumatera Barat. Seperti juara II lomba MQK tingkat Sumatera Barat di tahun 2019. Juga juara umum tingkat Sumatera Barat di IAIN Bukittinggi lomba bahasa arab di tahun ajaran yang sama. Untuk pendaftaran masuknya harus merogoh kocek lebih dalam, sekitar 9 juta rupiah. Sedangkan untuk SPP dan Asramanya sekitar Informasi lengkap bisa mengunjungi websitenya di sini. Pesantren Buya Hamka Maninjau Sesuai namanya, pesantren ini merupakan buah cita-cita dari Buya Hamka, ulama terkenal di tahun 1970-an. Cita-cita tersebut dilanjutkan oleh tokoh-tokoh dari Sumatera Barat sehingga berdiri pesantren dengan nama Buya Hamka pada tahun 1989. Menurut kami ini adalah pesantren modern dengan kurikulum klasikal yang langsung digabung antara pendidikan agama dan formal di dalam kelas. Akreditasi untuk lembaga pendidikan di pesantren ini A. Identitas kuat dari pesantren ini adalah mampu membaca kitab kuning, berbahasa arab dan inggris dengan lancar, juga menguasai ilmu eksak. Harapannya bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang terbaik. Pesantren untuk putra putri ini memiliki banyak fasilitas selain asrama dan kelas, seperti laboratorium, dan lain sebagainya. Suasananya hijau dan nyaman. Setiap penerimaan santri hanya sekitar 50-an. Satu kelas hanya diisi 25 orang. Kelas kecil. Kelebihan lainnya uang pendaftaran sangat murah. Hanya 2 jutaan. Sedangkan untuk spp bulanan sudah termasuk asrama dan makan sekitar satu jutaan. Website resmi bisa dikunjungi di sini, Pesantren Thawalib Parabek Pesantren terbaik di Agam selanjutnya adalah Thawalib Parabek. Seperti nama pesantren di padang, Thawalib. Pesantren ini memiliki seleksi masuk yang unik, banyak jalur. Ada umum, ada tahfidz Quran, ada prestasi. Pendaftarnya sampai 600-an. Hingga saat ini santrinya sangat banyak, sudah mencapai Jenjang pendidikan di pesantren ini cukup lengkap, dari Tsanawiyah, Aliyah, hingga Ma’had Aly perguruan tinggi. Kemampuan melaksanakan banyak jenjang pendidikan patut diapresiasi. Sehingga menjadi pesantren unggulan di kabupaten Agam. Bahkan pesantren ini pernah menerima penghargaan Prestise 2017 sebagai pesantren unggul mutu dan kualitas Islam terbaik. Karakter dari pesantren ini lebih ke modern. Di mana yang menjadi unggulan adalah kemampuan santri dalam menguasai pendidikan formal, membaca kitab, dan berbahasa arab inggris dengan baik. Prestasinya juga banyak, seperti juara 2 olimpiade IPA di MAN 2 Padang 2019, juara 1 tahfidz Quran antar SMP dan Mts se-Sumatera Barat 2018. Sehingga animo masyarakat untuk datang ke pesantren ini luar biasa. Untuk pendaftaran bisa dikatakan lumayan mahal, biayanya sekitar 14 jutaan. SPP satu bulan sekitar satu jutaan. Informasi lengkap bisa mengunjungi website resmi di sini, Pesantren Modern Diniya Pasia Ini merupakan pesantren yang mirip dengan Gontor di Jawa Timur. Ciri-cirinya adalah memiliki moto yang sama, memiliki slogan yang sama juga. Beralamat di Ampek Angke Agam, Diniya Pasia menjadi salah satu pesantren terbaik di Agam. Kurikulumnya menggunakan KMI Gontor, yaitu kurikulum yang menyatukan antara pendidikan umum dan agama di dalam satu kelas. Durasinya enam tahun. Tidak ada istilah Tsanawiya dan Aliya. Mirip dengan Gontor. sumber gambar Pesantren model seperti ini yang diunggulkan adalah kedisiplinannya. Sehingga menghasilkan santri yang bermental pemimpin. Kehidupan di asrama juga menjadi perhatian untuk mendidik karakter santri. Target pendidikannya sederhana, memiliki kemampuan bahasa arab dan inggris, hafal minimal 9 juz Al Quran, memiliki Ghirah Islam yang tinggi, dan kemampuan akademik seperti MTS dan MA. Untuk biaya masuk tergolong standard, 8 jutaan. Sedangkan SPP hampir menyentuh satu juta rupiah. Info lengkap bisa mengunjungi website resmi di sini, Pesantren Tahfidz Quran Muallimin Muhammadiyah Jika pesantren di Agam yang sebelumnya banyak menekankan pendidikan secara umum, pesantren yang satu ini memiliki identitas sebagai pesantren tahfidz Quran. Beralamat di Jl. Raya Pakan Kamis, Gadut, Tilatang Kaman. Nama lengkapnya Pesantren Tahfidz Quran Muallimin Muhammadiyah. Kurikulum yang digunakan ada tiga, yang pertama adalah kurikulum kementrian agama, kedua adalah kemuhammadiyahan, terakhir adalah kurikulum asrama. Sederhananya selepas subuh tahfidz Quran, selepasnya masuk kelas, sore dan malam kembali melaksanakan tahfidz Quran. Oleh sebab itu target dari santri yang masuk ke pesantren ini hanya tiga, yaitu tahfidz Quran, akademik, dan bahasa Arab untuk pendalaman kitab kuning. Jenjangnya ada Tsanawiyah dan Aliyah. Untuk tahfidznya minimal selama enam tahun 20 juz. Cukup realistis. Untuk biaya masuk sekitar 7 jutaan, sedangkan untuk SPP sekitar 900-an. Informasi lengkap bisa mengunjungi website resmi pesantren di sini, Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang Pesantren ini termasuk tertua di Agam. Berdiri pada tahun 1908, pesantren ini memulai kegiatan dengan halaqah. Didirikan oleh Syekh Sulaiman Arrasuli, pesantren ini berlamat di Jln. Syekh Sulaiman ArrasuliJorong Lubuak Aua, Canduang. Jenjang di pesantren ini juga cukup lengkap dari Tsanawiyah hingga Ma’had Aly. Adapun untuk jenjang Tsanawiyah memiliki akreditasi A. Maka tidak hanya pendidikan agama yang mendalam tapi juga formal. Animo masyarakat terhadap pesantren ini pada akhirnya tinggi, hingga saat tulisan ini dibuat, jumlah santrinya mencapai 645 terdiri dari putri 248, putra 397. Kitab-kitab kuning yang dipelajari bermacam-macam, seperti Matn Al Ghayah wa Taqrib, I’anat Thalibin, untuk nahwunya adalah jurumiyah, sedangkan untuk tauhid di antaranya Al Aqwal Al Mardiyah, untuk ushul fiqh Bidayat Al Ushul. Dan beragam macam kitab lainnya. Oleh sebab itu kami masukkan ke dalam pesantren terbaik di Agam. Sisi lain yang menarik dari pesantren ini adalah program apresiasi prestasi, untuk rangking I gratis SPP 4 bulan, rangking II gratis SPP 3 bulan, untuk hafidz Quran juga ada diskon. Bisa diperiksa di website resminya di sini, Sedangkan untuk biaya masuk Anda membutuhkan sekitar 7 jutaan. Sedangkan untuk SPP bulanan sekitar 850an. Cukup lumayan untuk lembaga pendidikan di wilayah Agam. Pesantren Terbaik di Agam Inilah beberapa pesantren terbaik di Agam. Jika ada kekurangan informasi bisa mencantumkan di kolom komentar. Jika ada tambahan info pesantren terbaik bisa cantumkan pula di komentar. Jika lembaga pendidikan Anda ingin diulas kirim brosur lengkap dengan biaya ke affany1986 Post Views Jokowi di PMT Prof Dr Hamka II Padang. Foto Yudhistira Amran Saleh/kumparanDalam kunjungan kerjanya ke Padang, Sumatera Barat, Presiden Joko Widodo juga meresmikan pembangunan Pesantren Modern Terpadu PMT Prof Dr Hamka II. Kawasan pesantren modern Prof Dr Hamka terdiri dari SMP, SMA, rumah susun, dan Masjid Hj. Yuliana. Sebelumnya, Pesantren Modern Terpadu Prof Dr Hamka I terdiri dari gedung SMP dan SMA. Sementara Pesantren Modern Terpadu Prof Dr. Hamka II terdiri dari bangunan gedung tambahan yaitu rumah susun bagi santri perempuan dan laki-laki. Dalam pidatonya saat peresmian, Jokowi memuji Prof Dr Hamka atau Buya Hamka sebagai tokoh besar di Tanah Minang. "Saat kita mengingat perjalanan hidup Buya Hamka, maka kita akan mengingat almarhum adalah tokoh besar Islam bagi masyarakat Minang, masyarakat Indonesia dan bahkan di mancanegara," kata Jokowi di Air Panca, Padang, Sumatera Barat, Senin 21/5."Almarhum Buya Hamka adalah tokoh ulama yang dihormati, sastrawan besar, sejarawan yang disegani, dan tokoh yang menaruh perhatian besar pada pendidikan ilmu pengetahuan terhadap generasi muda kita, generasi Indonesia," lanjut di PMT Prof Dr Hamka II Padang. Foto Yudhistira Amran Saleh/kumparanJokowi berharap nanti kompleks pesantren Prof Dr Hamka bisa menjadi ladang subur untuk menghasilkan santri berakhlak mulia."Harapan kita semua adalah agar pesantren modern terpadu Prof Dr Hamka ini terus menjadi ladang subur bertumbuhnya santri yang akhlakul karimah, serta santri yang tangguh dan ulet serta optimistis," ucap kompleks pesantren modern ini ditandai dengan bunyi sirine setelah Jokowi secara simbolis menekan tombol. Dalam kesempatan ini turut hadir Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil ESDM Archandra Tahar, Menteri ATR Sofyan Djalil, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno. - Buya Hamka, atau bernama asli Abdul Malik Karim Amrullah adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI pertama, dikenal pula sebagai tokoh Masyumi dan ulama Muhammadiyah. Sepanjang hidupnya, Hamka dikenal sebagai sosok ulama besar yang gigih membela Islam dan sangat tegas dalam hal akidah, tanpa kompromi. “Kita sebagai ulama telah menjual diri kita kepada Allah, tidak bisa dijual lagi kepada pihak manapun!” tegas Hamka setelah dilantik sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI pada 1975 Artawijaya, Hidayatullah, 2 Juli 2013. Salah satu contoh ketegasan itu adalah saat dirinya menjabat sebagai Ketua MUI, di mana ia berani mengeluarkan fatwa yang sampai saat ini masih menjadi diskusi keagamaan, bahkan memantik perdebatan, yakni mengeluarkan fatwa haram bagi umat Islam terkait perayaan Natal bersama. Bahkan, pada 19 Mei 1981, Hamka mundur dari jabatannya sebagai Ketua MUI karena merasa ditekan oleh menteri agama waktu itu, Alamsyah Ratu Perwiranegara. Buya memilih mundur daripada harus menganulir fatwa tersebut. Di sisi lain, Hamka juga dikenal sebagai penulis, salah satu novelnya yang terkenal adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, belakangan novel ini diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Pemeran dari film ini adalah Herjunot Ali, Pevita Pearce dan Reza Rahadian. Latar Belakang Pemikiran Buya Hamka Yusran Rusydi dalam buku Buya Hamka Pribadi dan Martabat menyatakan Buya Hamka adalah anak dari DR. Syaikh Abdulkarim Amrullah, tokoh pelopor dari Gerakan Islam "Kaum Muda" di Minangkabau yang memulai gerakannyapada tahun 1906 usai pulang dari Makkah. Syaikh lebih dikenal dengan panggilan Haji Rasul yang mempelopori gerakan menentang ajaran Rabithah, sebuah gerakan yang menghadirkan guru dalam ingatan, sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh penganut tarekat jika mulai mengerjakan suluk. Buya Hamka lahir di saat zaman hebat pertentangan kaum muda dan kaum tua 1908 atau 1325 Hijriah. Oleh karena ia lahir di era pergerakan itu, Buya sudah terbiasa mendengar perdebatan sengit antara kaum muda dan kaum tua tentang paham agama. Saat Buya Hamka berusia 10 tahun, tepat pada 1918, ayahnya mendirikan pondok pesantren "Sumatera Thawalib" di Padang Panjang. Dari sana, Hamka sering melihat bapaknya menyebarkan paham dan keyakinannya. Di akhir tahun 1924, tepat di usia ke 16 tahun, Hamka merantau ke Yogyakarta dan mulai belajar pergerakan Islam modern kepada sejumlah tokoh seperti Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, Soerjopranoto dan H. Fakhruddin. Dari sana dia mulai mengenal perbandingan antara pergerakan politik Islam, yaitu Syarikat Islam Hindia Timur dan gerakan Sosial Muhammadiyah. Kelak, Buya Hamka dikenal sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI pertama, tokoh Masyumi dan ulama Muhammadiyah. Kehidupan Keluarga Hamka Punya Kakak Pendeta Masih dalam buku Buya Hamka Pribadi dan Martabat, Buya Hamka menikah dengan Siti Raham saat usianya masih muda, tepat pada 5 April 1929. Kala itu, Hamka berusia 21 tahun, sementara istrinya berusia 15 tahun. Dari hasil pernikahan itu, sebagaimana dicatat oleh Irfan Hamka dalam AYAH... Kisah Buya Hamka, Hamka dan Siti Raham diberkahi oleh 10 orang H. Zaki Hamka meningal di usia 59 tahun2. H. Rusjdi Hamka 3. H. Fachry Hamka meninggal di usia 70 tahun4. Hj. Azizah Hamka5. H. Irfan Hamka6. Prof. Dr. Hj. Aliyah Hamka7. Hj. Fathiyah Hamka8. Hilmi Hamka9. H. Afif10. Shaqib Hamka Seperti dicatat Iswara N. Raditya dalam Kisah Buya Hamka dan Awka Kakak Ulama, Adik Pendeta, meskipun dibesarkan dari keluarga muslim yang sangat kuat, nyatanya Buya Hamka punya seorang kakak bernama Abdul Wadud Karim Amrullah Awka yang menjadi seorang pendeta. Mereka adalah saudara seayah tetapi beda ibu. Adiknya pun sudah sejak lama menggunakan nama Willy Amrull, tepatnya sejak di Amerika. Kisah itu bermula di tahun 1970, Awka menikah untuk kedua kalinya dengan seorang gadis blasteran Amerika-Indonesia, Vera Ellen George. Gadis itu awalnya bersedia masuk Islam demi menjalani bahtera rumah tangga dengan Awka. Mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Rehana Soetidja dan Sutan Ibrahim yang lahir di Amerika, serta Siti Hindun yang lahir belakangan di Bali. Awka membawa pulang keluarganya ke Indonesia pada 1977. Namun, ia tak pulang ke kampung halamannya di Maninjau, Sumatera Barat, melainkan ke Bali tempat di mana Awka saat itu bekerja. Dari sinilah prahara itu dimulai. Vera ingin kembali memeluk agama asalnya, Kristen. Awka pun mulai diajak. Awalnya Awka tak mau karena latar belakang keislamannya yang sangat kuat. Namun, akhirnya ia luluh demi keutuhan rumah tangga dan ketiga buah hati mereka. Tahun 1981, Awka sekeluarga pindah ke Jakarta, dan tiga tahun berselang, ia dibaptis oleh Pendeta Gerard Pinkston di Kebayoran Baru. Di tahun yang sama, 1983, Awka kembali ke Amerika Serikat. Tak lama kemudian, ia ditetapkan sebagai pendeta oleh Gereja Pekabaran Injil Indonesia GPII di California. Sejak saat itu, Awka dikenal dengan nama Pendeta Willy ala Modernis Hamka Dalam Buya Hamka Politikus tanpa Dendam, Modernis yang Serius Bertasawuf dituliskan, Hamka adalah seorang modernis tulen. Ayahnya, Abdul Karim Amrullah, termasuk pembaharu agama di Minangkabau. Jalan juang Hamka diretas di Muhammadiyah dan Masyumi, dua lembaga yang merepresentasikan semangat modernisme para modernis lain, Hamka melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang netral bebas nilai. Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan termasuk dari dunia Barat dianggap dapat bersesuaian dengan ajaran Hamka ini terlihat di antaranya dalam buku Pelajaran Agama Islam. Di dalam buku tersebut Hamka menggunakan banyak teori dan hasil penemuan para pemikir Barat untuk mengukuhkan keyakinan kepada Rukun Iman. Teori-teori psikologi, sosial, hingga penemuan sains digunakan Hamka sebagai penambah argumen bagi keimanan. Hamka berusaha menampilkan Islam yang siap berdialog dan terbuka terhadap penemuan-penemuan ilmu pengetahuan terbaru—satu ciri umum kalangan menyangkut spiritualitas, ada yang berbeda pada diri pengarang Tenggelamnya Kapal Van der Wijk ini. Hal tersebut di antaranya dapat ditelusuri dari bukunya yang ditulis pada 1939, Tasawuf Modern. Buku ini lah yang Hamka baca semasa berada dalam tahanan Orde Lama. Dalam pengakuannya ia menyatakan, “Hamka sedang memberi nasihat kepada dirinya sendiri... Dia hendak mencari ketenangan jiwa dengan membaca buku ini.”Baca juga Buya Hamka Politikus tanpa Dendam, Modernis yang Serius Bertasawuf HAMKA dalam Gelombang Sastra dan Politik Sejarah MUI & Daftar Ketua dari Hamka sampai Miftachul Achyar - Politik Penulis Alexander HaryantoEditor Iswara N RadityaPenyelaras Yulaika Ramadhani INGIN IKLAN ANDA DISINI ? Dapatkan Tawaran Menarik Silahkan Kontak Admin Terima Kasih Profil Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka - Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka telah berdiri ± 25 tahun yang silam tepatnya tahun 1989 M di daerah Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Kab. Agam. Telah banyak alumni yang ditamatkan, diantara mereka banyak yang berkiprah sebagai pendakwah, wirasawasta, guru, dosen, dan Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka berawal dari pertemuan Buya Hamka Alm dengan bapak Presiden Suharto pada tahun 1977 M. Pada pertemuan tersebut buya Hamka menyampaikan rencananya untuk mendirikan Qutup Khanah Perpustakaan di Maninjau. Bapak Suharto waktu itu menyarankan agar Buya Hamka membuat Pondok Pesantren agar ada kader pelanjut dan penerus cita-cita buya Hamka kelak serta akan besar manfaatnya bagi masyarakat, usulan tersebut di iringi dengan janji akan memberi bantuan dana sebesar Rp. lima puluh dua juta rupiah . Saran dan janji dari bapak Presiden Suharto tersebut memberi semangat kepada buya Hamka untuk medirikan Pondok Pesantren, maka untuk merealisasikan janji tersebut dibentuklah Yayasan “DR. Abdul Karim Amarullah“ nama dari ayah buya Hamka dengan Akta Notaris nomor 58 tahun 1977 M. Dalam Akta Notaris tersebut termasuk diantaranya adalah Bapak H. Basyir Gany almarhum, Selanjutnya beliau ditugaskan untuk mencari tanah di Maninjau seluas 2 dua hektar. Oleh karena sulitnya dana untuk pembebasan tanah maka oleh bapak H. Bashir Gany almarhum disediakannyalah tanahnya miliknya seluas 4 empat hektar, dua hektar di Pangkal Tanjung dan 2 hektar lagi di Sibarasok keduanya berada di daerah Sigiran Kenagarian Tanjung Sani Kec. Tanjung Raya Kab. Agam Sumatera Barat tanpa ada biaya pembebasan tanah. Kemudian disampaikan ke Jakarta bahwa tanah untuk Pesantren sudah ada, maka panitia yang berada di Jakarta mengatakan bahwa kita menunggu sampai selesai pemilu tahun 1977. Ternyata akhir tahun 1977 dapat khabar dari Jakarta yang mengatakan bahwa rencana bantuan dari bapak Presiden Suharto sebesar Rp. limapuluh dua juta rupiah tersebut gagal atau tidak terealisasi, maka rencana pembangunan Pondok Pesantren di Maninjau terhenti beberapa Tahun 1981 Buya hamka di panggil oleh Allah swt, maka rencana pendiriran Pondok Pesantren dilanjutkan oleh Bapak Moh. Natsir, selanjutnya tahun 1982 para ulama Maninjau yang berada di kampung melakukan pertemuan yang dilaksanakan di rumah H. Udin Rahmani Alm yaitu di Maninjau dan dihadiri oleh H. Udin Rahmadhani dari Maninjau, H. Bashir Gany dari Sigiran, Hamzah dari Bayur, Rusdi St. Iskandar dari Maninjau, Masni Salam Ketua DDII perwakilan Sumatera Barat, Jufri Sultani Pengurus DDII Sumatera Barat dan St. Nasar Khatib Basa dari Koto Kaciak. Hasil dari hasil pertemuan tersebut didapatlah dua 2 kesepakatan Untuk program jangka pendek, yaitu membentuk kader ulama dengan pembinaan selama dua tahun Jangka Panjang kembali merintis rencana pendirian Pondok Pesantren yang diberi nama dengan Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka Maka diutuslah bapak H. Bashir Gany ke Jakarta untuk menyampaikan hasil kesepakatan tersebut kepada bapak H. Mohammad Natsir. Alhamdulillah bapak H. Moh. Natsir sangat menyetujui program pembinaan tersebut yang merupakan langkah awal untuk mengatasi krisis ulama di Maninjau. Pada akhir tahun 1982 mulailah program pembinaan tersebut dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang, semuanya berasal dari daerah Danau Maninjau dengan usia diatas 17 Tahun. Dimana ketua pelaksananya adalah bapak H. Bashir Gany, dengan menghabiskan dana sebesar Rp. dua puluh lima juta rupiah, keseluruhan dana berasal dari bapak H. akhir tahun 1983 pembinaan kader ulama berakhir dengan di tutup langsung oleh bapak Natsir. Hasil dari pembinaan kader ulama ini cukup menggembirakan, karena sudah mampu mengatasi kekurangan mubaligh dari masing-masing daerah di sekitar Danau Maninjau, dimana sebelumnya hal ini merupakan persoalan yang sangat mendesak terutama untuk menjadi khatib pada sholat jum’ tahun setelah itu tepatnya pada tahun 1989 M, bapak H. Bashir Gany kembali ke Jakarta untuk membicarakan rencana pembangunan Pondok Pesantren yang masih tertunda yang diadakan di rumah Buya St. Mansyur disepakati pembangunan Pondok Pesantren, dan diberilah mandat bapak H. Bashir Gany untuk mendirikan Pondok Pesantren yang disebut oleh buya Hamka dengan “ Pondok Pesantren Pembangkit Batang Tarandam “ Sekembalinya bapak H. Bashir Gany dari Jakarta, lansung dibentuk Yayasan Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka, dengan Bismillahiramanirrahiim tepatnya tanggal 1 Muharam 1410 H bertepatan dengan tanggal 2 Agustus 1989 M, dimulailah kegiatan Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka yang pada awalnya bertempat di gedung SMP Muhammadiyah Bancah Bayur Kec. Tj. Raya yaitu 3 KM arah Utara dari pasar Maninjau, dengan jumlah santri 25 orang, tenaga pengajarnya disamping guru yang berasal disekitar danau Maninjau juga didatangkan dari tamatan Pesantren pulau Jawa seperti Gontor, Ngeruki Solo dan lain sebagainya. Tetapi kegiatan belajar dan mengajar di SMP Muhammadiyah Bayur ini hanya berjalan selama tiga pada tahun 1992 kita mendapat tanah seluas 2 dua hektar yang diwakafkan oleh bapak Muchtar Khatib Sutan Rajo Lelo. Setelah wakaf disepakati maka orang yang mewakafkan meminta ganti rugi untuk tanaman berharga yang ditanam oleh pihak pamilinya. Atas kesepakatan antara pewaqaf dengan Yayasan serta si penanam, penggantian tanaman tersebut sebesar Rp. tiga juta rupiah dan dibayar tunai kepada bapak BA. Dt. Gunuang Ameh yang sekarang bergelar DT. Majo Lelo, uang tersebut di peroleh Yayasan dari bapak H. Mohammad Zen dan Hj. Nursiah orang asli Maninjau yang tinggal di tanggal 15 Juli 1992 M Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka pindah kelokasi baru yaitu daerah Batunanggai Maninjau, tepatnya 15 KM dari arah Selatan Ibu kota Kecamatan Tanjung Raya, Maninjau. Berhubung tanah masih kosong maka kegiatan belajar mengajar diadakan di gedung MDA Muhammadiyah Batunanggai, sedangkan santri untuk sementara ditumpangkan di rumah penduduk yang ada kegiatan Pondok Pesantren yang di SMP Muhammadiyah Bancah Bayur dilanjutkan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tanjung Raya dengan nama Pondok Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah Bancah Bayur sekarang berubah nama menjadi SMP Muhammadiyah akhir tahun l995 kita dapat membangun sebuah Masjid bantuan dari ibu Hj. Halimah Ali Bin Abdullah sebesar Rp. Duapuluh sembilan juta rupiah, ditambah dengan dana lain yang di usahakan pihak Yayasan, pembangunan baru selesai setelah menghabiskan dana sebesar Rp empat puluh dua juta rupiah .Dengan selesainya pembangunan Masjid tersebut maka kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke masjid, artinya tidak lagi menumpang di MDA Muhammadiyah Batunanggai. Alhamdulillah, kampus PP. Prof. DR. Hamka di Batunanggai telah memiliki Ruang Belajar sebanyak enam lokal, Asrama putra dan asrama putri memiliki daya tampung masing-masing 250 dua ratus lima puluh orang santri, Ruang perpustakaan, rumah Ustadz/zah, ruang makan, ruang Komputer dan lain tanggal 30 September 2009 yang lalu, terjadi musibah gempa di Sumatera Barat, Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka Maninjau Kec. Tanjung Raya Kab. Agam Sumatera Barat termasuk yang mengalami kerusakan terparah, yaitu sebahagian besar kampus mulai dari kantor, asrama santri dan asrama guru hancur akibat gempa, kondisi ini diperparah dengan longsoran perbukitan yang berada diatas asrama Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka yang membawa lumpur, batu, dan kayu, pada akhirnya daerah tersebut tidak layak untuk dihuni lagi, Sesaat setelah gempa tepatnya jam 5 sore pada hari rabu tanggal 30 september 2009. Maka seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka dikumpulkan dan diberi tausiyah kemudian dibawa keluar dari daerah Batunanggai, karena hujan lebat sudah mulai turun, jika pada saat itu kita terlambat membawa warga Pondok 0,5 setenggah jam saja, wallahu a’lam entah apa yang akan terjadi, karena sesampainya rombongan Pondok di daerah pandan 1,5 km dari lokasi Pondok telah turun longsor besar yang melanda empat Jorong dikanagarian Tanjung Sani yaitu Pandan, Galapung Batunanggai dan Muko jalan. Tanpa tujuan yang jelas pada saat itu Pimpinan Pondok Drs. Zainul Arifin, MM membawa mobil yang ditumpangi santri menuju kearah Maninjau, Karena waktu magrib sudah masuk maka singgahlah di Masjid Ummul Qura Bancah untuk melaksanakan sholat magrib, akibat kelelahan maka diambillah keputusan untuk istirahat dan bermalam di Masjid Ummul Qura Bancah sambil menghitung dan memeriksa jumlah santri PP Prof. DR. Hamka. Pada akhirnya masjid Ummul Qura ini dijadikan tempat pengungsian Pondok Pesantren Buya Hamka selama 3 tiga bulan. Selama itu pula pihak yayasan mencari tempat yang lebih kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar, pada akhirnya Masyarakat Jorong Kukuban pada bulan Desember 2009 menyediakan tempat berupa MDA yang dijadikan sebagai lokal belajar, mushalla Darussalam, Kantor Pondok Pesantren dan tanah yang dapat kita buat asrama santri dan asrama para guru, Alhamdulillah aktifitas Pondok Pesantren agak mulai stabil walaupun tetap masih ditempat pengungsian 6 bulan berada di Jorong Kukuban, maka masyarakat Jorong Bancah dan Kukuban memberi tanah wakaf seluas 3 Ha di Kubu Gadang Jorong Kukuban Kanagarian Maninjau kec. Tanjung Raya. Lokasi ini sekitar 10 km dari Kampus lama di Batunanggai atau 2 km dari Pusat Kecamatan Tanjung saat ini di lokasi baru Kubu Gadang telah berdiri kampus baru Pondok Pesantren Prof. DR. Hamka dengan bantuan dari berbagai pihak diantaranya Masjid Buya Hamka oleh yayasan satu untuk negeri TV One Lokal Belajar Tahap awal dibantu oleh yayasan wakab Arab Saudi kemudian dilanjutkan oleh yayasan satu untuk negeri TV One Asrama santri Putri dua tingkat oleh yayasan satu untuk negeri TV One Asrama Santri Putra oleh Kementerian Sosial RI Labor Bahasa oleh Yayasan Citra Mas Batam Stesyen Pengkajian Hamka oleh Universitas Kebangsaan Malaysia UKM Perpustakaan Oleh yayasan Al-Ihsan Inggris perantau Indonesia yang berada di Inggris Dapur dan ruang Makan Bantuan dari PPPA Ust. Yususf Mansur Labor Komputer Labor IPA Ruang Keterampilan menjahit TPKU oleh Kementerian Koperasi. Koperasi/Toserba Perumahan guru Kantor Pimpinan, Majlis Guru dan Ruang TU Foto Lainnya Silahkan Lihat Disini Salah satu atraksi bela diri Tapak Suci Santri PMT Prof. Dr. Hamka, Padangpariaman, Sumatera Barat. FOTO/ISTSalah satu atraksi bela diri Tapak Suci Santri PMT Prof. Dr. Hamka, Padangpariaman, Sumatera Barat. FOTO/ISTPondok Pesantren Modern Terpadu PMT Prof. Dr. Hamka, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, mengirim 40 santri dan 4 guru pendamping dalam kegiatan pertukaran pelajar ke Negeri Kelantan Malaysia. Kegiatan itu akan berlangsung dari tanggal 1-17 Juli 2014 disampaikan Pimpinan PMT Prof. Dr. Hamka, Al-Ustaz Najimuddin ketika melaporkan perkembangan pesantren yang dipimpinnya, Ahad 25/5, dalam acara Panggung Gembira dan Syukuran Santri Kelas IX serta Perpisahan Santri Kelas XII PMT Prof. Dr. Hamka, di kampus pesantren itu, Ahad 25/5.Ustaz Najimudin secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Mohd. Ramzi Ibrahim, Duta Wisata Bukittinggi di Malaysia yang telah memprakarsai pertukaran pelajar itu, dan menghubungkan PMT Prof. Dr. Hamka dengan pihak Kerajaan Kelantan.“Selama di Kelantan, santri kami akan menimba ilmu di sekolah tahfiz Alquran di Negeri Kelantan,” ungkapnya yang mengatakan tahun ini 24 santri tingkat SMA di pesantren yang dipimpinnya lulus seratus dengan pertukaran pelajar, tambah Ustaz Najimuddin, telah dilakukan pesantren itu sejak tahun 2006, dan beberapa santrinya studi di sekolah-sekolah di Amerika Serikat dan telah bekerja di berbagai instansi penting, baik di dalam maupun luar negeri.“Insya Allah, dalam pertukaran pelajar ini PMT Prof. Dr. Hamka membawa nama Sumatera Barat dan nama Indonesia. Kami harapkan akan lahir Buya Hamka-Buya Hamka baru di kemudian hari dari pesantren ini,” Sumatera Barat diwakili Kepala Biro Bina Sosial, Syahrial B, pada kesempatan itu memberikan apresiasi kepada PMT Prof. Dr. Hamka atas segala prestasi yang diraih. Untuk tingkat Sumatera Barat, tahun lalu PMT Prof. Dr. Hamka berada di urutan ke-5 perolehan nilai Ujian Nasional UN tertinggi di Sumatera Barat, sementara di Kabupaten Padangpariaman berada di urutan pertama.“Terus tingkatkan prestasi ini dan Pemrov Sumbar sangat mendukung dan akan berusaha membantu semaksimal mungkin,” Yayasan Wawasan Islam Indonesia yang menaungi PMT Prof. Dr. Hamka, Jasrial, mengatakan, PMT Prof. Dr. Hamka pernah mengalami masa-masa kejayaan terutama di tahun 1996 hingga tahun 2006. Jumlah santri pernah mencapai 700-an. Namun sejumlah peristiwa gempa bumi yang melanda Sumatera Barat di tahun-tahun itu dan tahun-tahun setelah itu, menyebabkan jumlah santri mengalami penurunan drastis.“Tentu kondisi itu tidak kita biarkan berlarut-larut. Mulai tahun ini, PMT Prof. Dr. Hamka akan membenahi manajemen terutama berbasis teknologi informasi,” ujar itu, Pegiat Forum Aktif Menulis FAM Indonesia, Muhammad Subhan, yang turut hadir di acara itu menyampaikan bahwa keterampilan menulis harus ditumbuhkan di kalangan santri dan guru. Sebab, katanya, selain seorang ulama Buya Hamka adalah sastrawan, wartawan, dan penulis yang melahirkan banyak karya.“Dengan aktif dan produktif menulis kreatif, insya Allah harapan lahirnya Buya Hamka-Buya Hamka yang baru itu akan lekas terwujud,” Wisata Bukittinggi di Malaysia, Mohd. Ramzi Ibrahim menambahkan, selain pertukaran pelajar ke Negeri Kelantan Malaysia, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan membawa kunjungan wisata sejumlah lembaga di Sumatera Barat untuk berkunjung ke Brunei Darussalam dalam rangka mempromosikan potensi pariwisata Ranah Minang.Release Fam IndonesiaPos terkaitUnand Kukuhkan 4 Guru Besar BaruSoal Video Viral Wajib Hijab di SMK 2 Padang, Ini Kata Disdik SumbarGubernur Ada Empat Metode Tahun Ajaran Baru Ditengah PandemiJelang PBM Tatap Muka, Guru di Sawahlunto Tes Swab MasalDisdik Sawahlunto Siapkan Aturan Teknis Soal PBM Tatap Muka13 Juli, Pemko Sawahlunto Buka Belajar Tatap Muka Untuk SMP dan SMA

biaya masuk pesantren buya hamka padang